Thursday, December 28, 2006

Teknologi Ekstraksi Pikokoloid Dari Rumput Laut

Industri pengolahan rumput laut di Indonesia merupakan salah satu jenis agroindustri penting dengan potensi yang besar. Jenis-jenis rumput laut di Indonesia terdapat 555 jenis dengan beberapa jenis potensial pada saat ini seperti : Gracilaria sp., Gelidium sp., Hypnea sp., Eucheuma sp., Turbinaria sp., dan Sargassum sp. Namun demikian perkembangan industri pengolahan rumput laut menunjukkan kondisi yang belum menggembirakan. Hal ini disebabkan karena banyak hal termasuk salah satu diantaranya adalah mutu produk yang dihasilkan belum dapat menyaingi kualitas mutu produk dari luar. Mutu produk ini disebabkan oleh : lingkungan tempat hidup rumput laut, umur panen, teknologi penanganan bahan baku dan teknologi ekstraksi senyawa pikokoloidnya. Dalam hal ini telah tersedia ekstraksi pikokoloid penghasil agar-agar yang sederhana, karaginan dan alginat di Indonesia. Penelitian Perikanan Laut Slipi yang diharapkan dapat memberikan masukkan terhadap teknologi yang selama ini telah ada dan perbaikan terhadap mutu produk yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan mutu pikokoloid produk Indonesia.


Rosmawaty Peranginangin dan Yunizal, 1999. Teknologi Ekstraksi Pikokoloid Dari Rumput Laut. Prosidings Pra Kipnas VII Forum Komunikasi I Ikatan Fikologi Indonesia (IFI). Serpong Gedung DRN, Puspitek, 8 September 1999. Halaman : 135 – 154.

Pengaruh Perlakuan Pembuatan Semi Refined Alginate Dari Rumput Laut Coklat (Turbinaria ornata) Segar Terhadap Kualitas Sodium Alginat

Penelitian perbaikan kualitas sodium alginat telah dilakukan dengan cara memperbaiki system penanganan rumput laut coklat (Turbinaria ornata) sejak dipanen. Teknik yang diterapkan adalah membuat intermediate product (semi refined alginate = SRA) yakni merendam Turbinaria ornata segar di dalam larutan alkali lemah (KOH). Tahap selanjutnya adalah mengolah SRA menjadi Na-alginat. Jenis pelarut pelarut untuk mengekstrak alginat dari SRA digunakan larutan natrium karbonat (Na2CO3) 2% (b/v), kemudian dipresipitasi dengan isopropil alcohol teknis. Hasil penelitian ditemukan bahwa pembuatan Na-alginat dari SRA telah dapat meningkatkan kekentalan. Nilai kekentalan Na-alginat tertinggi ditemukan pada perlakuan penggunaan 0.1% KOH sebesar 1412.5 cPs (2% b/v, suhu 25oC), rendmen 31.3%, derajat putih 40.3%, kadar air 14.8% dan kadar abu 31.7%.

Jamal Basmal, Yunizal dan Tazwir, 1999. Pengaruh Perlakuan Pembuatan Semi Refined Alginate Dari Rumput Laut Coklat (Turbinaria ornata) Segar Terhadap Kualitas Kalsium Alginat. Prosidings Pra Kipnas VII Forum Komunikasi I Ikatan Fikologi Indonesia (IFI). Serpong Gedung DRN, Puspitek, 8 September 1999. Halaman : 97 – 109.

Pengaruh Pemucatan dan pH Filtrat Terhadap Mutu Natrium Alginat

Telah dilakukan suatu penelitian tentang pengaruh dari bahan pemucat dan pH larutan campuran terhadap rendmen dan fisiko-kimia natrium alginat yang dihasilkan. Pada penelitian ini telah digunakan bahan pemucat larutan NaOCl 15 sebanyak 3% dari berat rumput laut dan perlakuan lain tidak ditambah bahan pemucat. Disamping itu pH filtrat larutan campuran yang dititrasi dengan larutan HCl 5% dibuat pH larutannya menjadi 2 – 3 dan 4 – 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya kadar abu total adalah antara 24.6% hingga 27.1% dengan viskositasnya masih rendah. Rendemen natrium alginat tertinggi yang diperoleh bila ditambahkan bahan pemucatan pada filtrat larutan campuran dan larutan campuran dititrasi dengan larutan HCl 5% hingga pH 4 – 5 (19.2%). Derajat putih yang dihasilkan meningkat setelah diberikan zat pemucat (28.2%) dan warnanya coklat muda.

Jovita Tri Murtini, Jamal Basmal dan Yunizal, 1999. Pengaruh Pemucatan dan pH Filtrat Terhadap Mutu Kalsium Alginat. Prosidings Pra Kipnas VII Forum Komunikasi I Ikatan Fikologi Indonesia (IFI). Serpong Gedung DRN, Puspitek, 8 September 1999. Halaman : 91 – 96.

Pengaruh Bahan Pemutih Dan Volume Kalsium Klorida Terhadap Mutu Kalsium Alginat

Telah dilakukan suatu penelitian tentang pengaruh bahan pemutih dan volume kalsium klorida terhadap rendemen Kalsium alginat. Pada penelitian ini telah digunakan dua jenis bahan pemucat (larutan NaOCl 1% dan larutan H2O2 30%) dan variasi volume pemakaian larutan kalsium klorida (30, 35 dan 40%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan pemucat H2O2 30% dengan penambahan larutan kalsium klorida 10% untuk pembentukan kalsium alginat yang dihasilkan tidak banyak berbeda dengan makin banyak volume larutan kalsium klorida 10% yang digunakan. Penggunaan bahan pemucat larutan NaOCl 1% dengan penambahan larutan kalsium klorida 10% untuk pembentukan kalsium alginat yang paling tinggi adalah 42.2% bila digunakan larutan kalsium klorida 10% sebanyak 35% dari berat rumput laut yang digunakan. Disamping itu, ternyata pula bahwa bahan pemucat NaOCl 1%, karena berdasarkan kepada derajad putih yang lebih tinggi dihasilkan dari penggunaan H2O2, walaupun rendemennya sedikit lebih rendah.


Jovita Tri Murtini, Jamal Basmal dan Yunizal, 1999. Pengaruh Bahan Pemutih dan Volume Kalsium Klorida Terhadap Mutu Kalsium Alginat. Prosidings Pra Kipnas VII Forum Komunikasi I Ikatan Fikologi Indonesia (IFI). Serpong Gedung DRN, Puspitek, 8 September 1999. Halaman : 85 – 90.

Pengaruh Kadar Asam Klorida dan Sodium Hidroksida Serta Waktu Perendaman Rumput Laut Sargassum ilicifolium Terhadap Mutu Dan Rendemen Natrium Alginat

Suatu penelitian mengenai pengaruh perendaman rumput laut coklat dalam larutan HCl dan NaOH terhadap mutu natrium alginata yang diektrak dari rumput laut coklat Sargassum ilicifolium telah dilakuan. Pada tahap penapisan, rumput laut coklat direndam dalam larutan HCl 0.5% dan 1% kemudian dilanjutkan perendamannya dalam larutan NaOH 0.5% dan 1% dan waktu perendaman untuk keduanya adalah 30 menit dan 60 menit. Analisis mutu natrium alginata yang dilalulan adalah meliputi rendemen Na-alginat, kadar abu total, viskositas dan derajat putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumput laut kering yang direndam dalam larutan HCl 1% selama 60 menit kemudian dilanjutkan perendamannya dalam larutan NaOH 0.5% selama 60 menit menghasilkan natrium alginata yang mempunyai derajat putih (48.4%), kadar air (16.9%), kadar abu (29.1%) dan viskositas (9.2 cPs), sedsangkan rendemennya (23.2%) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Rumput laut coklat yang direndam dalam asam khlorida 1% mempunyai rendemen lebih tinggi dari pada yang direndam dalam asam klorida 0.5%, sedangkan viskositasnya sebaliknya.


Jovita Tri Murtini, Yunizal, dan Jamal Basmal. 2000. Pengaruh Kadar Asam Klorida dan Sodium Hidroksida Serta Waktu Perendaman Rumput Laut Sargassum ilicifolium Terhadap Mutu Dan Rendemen Natrium Alginat. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Diseminasi Teknologi Budidaya Laut dan Pantai, Jakarta 2 Desember 1999. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA ATA – 379). Halaman : 333 – 338.

Teknik Ekstraksi Asam Alginat Dari Rumput Laut Coklat (Phaeophyceae)

Telah dilakukan penelitian untuk mendapatkan teknologi ekstraksi asam alginat dari rumput laut coklat dengan menggunakan jenis rumput laut yang dipanen dari perairan Bandar Lampung. Setelah dikeringkan dengan sinar matahari diangkut ke Laboratorium Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi, Jakarta. Pada tahap penapisan digunakan 2 vasiasi, yaitu rumput laut coklat direndam dalam larutan HCl 0.5% dan larutan HCl 1% yang sebelumnya rumput laut coklat tersebut dicuci dengan air bersih dan dipres. Penapisan ini dilakukan selama 1 jam pada suhu kamar. Ekstraksi dilakukan dengan cara merendam rumput laut coklat dalam larutan Na2CO3 1% dan larutan Na2CO3 2% dengan volume, yaitu 1 : 10 (b/v) dan 1 : 15 b/v), lalu dipanaskan pada suhu 60oC selama 60 menit. Ke dalam larutan ditambah bahan pemutih sebanyak 3% (b/v), lalu ditambah larutan HCl 5%, HCl 10%, H2SO4 5% dan H2SO4 15% hingga pH larutan menjadi 2.5. Asam alginat yang diperoleh direndam dalam pelarut asam propanol (IPA) beberapa saat setelah itu dipres dengan tangan. Padatan asam alginat dicabik-cabik halus, kemudian dikeringkan dengan alat pengering pada suhu 40oC selama 12 jam. Rendemen asam alginat yang dihasilkan dihitung. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa rendemen asam alginat tertinggi didapatkan dari rumput laut coklat kering yang ditapis dalam larutan HCl 1% selama 1 jam pada suhu kamar, diektraksi dengan larutan natrium karbonat 2% dengan rasio bobot rumput laut coklat terhadap volume larutan natrium karbonat 1 : 15 (b/v) dan kemudian dipanaskan pada suhu 60oC selama 60 menit. Setelah larutan disaring, filtrat yang diperoleh ditambah larutan H2SO4 15%. Rendemen yang dihasilkan adalah 37.3% dengan kadar abu total 5.1% dan derajat putih 48.3%.

Tazwir, Suyuti Nasran dan Yunizal, 2000. Teknik Ekstraksi Asam Alginat Dari Rumput Laut Coklat (Phaeophyceae). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan 1999/2000, Sukamandi 21 – 22 September 2000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Eksplorasi Laut dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Halaman : 310 – 317.

Pengaruh Volume Dan Waktu Ekstraksi Natrium Alginat Dalam Larutan Natrium Karbonat

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh volume dan waktu ekstraksi Na-alginat dalam larutan Natrium karbonat. Pada penelitian ini ekstraksi Na-alginat dilakukan dengan cara pemanasan dalam larutan Na2CO3 2% dengan volume 10 kali dan 15 kali dari berat rumput laut yang digunakan pada suhu 60oC selama 30 menit dan 60 menit. Hasil penelitian yang diperoleh ternyata bahwa penggunaan volume larutan perebus rumput laut coklat 15 kali dari berat rumput laut coklat, ternyata dapat meningkatkan rendemen Na-alginat bila dibandingkan dengan Na-alginat yang diperoleh bila digunakan volume larutan Na2CO3 sebanyak 10 kali dari berat rumput laut coklat dan makin lama waktu perebusan, rendemen Na-alginat yang diperoleh makin tinggi pula. Rendemen Na-alginat yang tertinggi diperoleh apabila penggunaan volume larutan Na2CO3 15 kali dari berat rumput laut dan waktu perendamannya adalah 60 menit. Besarnya rendemen tersebut adalah 36.8%. Disamping itu terlihat juga bahwa viskositas Na-alginat yang dihasilkan masih rendah, Dengan menggunakan variasi volume larutan Na2CO3 dan waktu perebusannya tidak mampu meningkatkan /meninggikan viskositasnya.


Jamal Basmal, Yunizal dan J. Tri Murtini, 1999. Pengaruh Volume dan Waktu Ekstraksi Natrium Alginat Dalam Larutan Natrium karbonat. Prosiding : Pra Kipnas VII, Forum Komunikasi I Ikatan Fikologi Indonesia (IFI), Serpong Gedung DRN Puspitek, 8 September 1999. Halaman : 119 – 126.

Pengaruh Perbedaan Penggunaan Bahan Pengemas Dan Lama Penyimpanan Pada Suhu Kamar Terhadap Sifat Fisiko-kimia Produk Natrium Alginat

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh perbedaan penggunaan bahan pengemas dan lama penyimpanan pada suhu kamar terhadap sifat fisiko-kimia produk natrium alginat Natrium alginat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil ekstraksi dari rumput laut coklat jenis Sargassum filipendula dan Turbinaria ornate. Natrium alginat dikemas dalam kantong plastik dan aluminium foil, lalu disimpan pada suhu kamar selama 3 bulan. Selama penyimpanan, natrium alginat dicuplik pada setiap bulan dan dianalisis sifat fisko-kimianya secara organoleptik (warna, bau, tekstur, dan rupa), fisika (viskositas dan derajat putih) dan kimia (kadar air dan abu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa natrium alginat hasil ekstraksi dari Sargassum filipendula, baik yang dikemas dalam kantong plastik maupun dalam aluminium foil, memiliki warna coklat muda, bau berubah-ubah anatara 19.53% - 21.71%, viskositas cenderung menurun tajam dari 160 cps menjadi 22 cps dan derajat putih berubah-ubah sekitar 26.11 – 36.41 cps. Sedankan natrium alginat hasil ekstraksi dari Turbinaria ornata, baik yang dikemas dalam kantong plastik maupun dalam aluminium foil, memiliki warna coklat muda, bau netral, tekstur keras dan rapuh, rupa kusam, kadar air berubah-ubah sekitar 18.83% - 22.46%, kadar abu sekitar 19.53% - 21.71%, derajat putih sekitar 29.14% - 34.93%, dan viskositas cenderung menurun dari 90 cps menjadi 52.50 cps yang dikemas dalam kantong plastik dan dari 80 cps menjadi 52.50 cps yang dikemas dalam aluminium foil.

Thamrin Wikanta, Jamal Basmal dan Yunizal, 2000. Pengaruh Perbedaan Penggunaan Bahan Pengemas dan Lama Penyimpanan Pada Suhu Kamar Terhadap Sifat Fisiko-kimia Produk Natrium alginat. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan 1999/2000, Sukamandi 21 – 22 September 2000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Eksplorasi Laut dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Halaman : 301 – 309.

Riset Produksi Pupuk Organik Dari Makroalga

Riset produksi pupuk organik dari makroalgae telah dilakukan dengan menggunakan dua jenis rumput laut, Gracillaria sp dan Sargassum filipendula. Pupuk organik dibuat dengan cara merebus rumput laut merah Gracillaria sp. dan Sargassum filipendula dalam air dan larutan Na2CO3 2% (1 : 30; 1 : 35; dan 1 : 40 b/v) pada suhu 60oC selama 60 menit. Larutan kental rumput laut panas tersebut disaring, kemudian pH larutan dinetralkan dengan larutan H3P04 10% yang digunakan sebagai pupuk organik cair dan dalam pemakaiananya diencerkan dan disemprotkan kepada tanaman uji pertumbuhan cabe (Hot Pepper Tornado) dan bayam (Amaranth Alabama). Hasil dari riset ini belum dapat diselesaikan tahun ini tapi harus diteruskan pada anggaran tahun berikutnya (proposal 2004).


Yunizal, Tazwir, M. Darmawan, Nurul Hak, 2003. Riset Produksi Pupuk Organik Dari Makroalga. Hasil Penelitian Tahun 2003. Riset Optimasi Pemanfaatan Makro dan Mikro Algae. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003.

Riset Fortifikasi Sargassum sp. Sebagai Sumber Yodium Ke Pada Makanan

Riset fortifikasi rumput laut coklat jenis Sargassum filipendula sebagai sumber yodium ke dalam roti alga telah dilakukan menggunakan bubuk rumput laut coklat ke dalam formula roti alga adalah 0%, 2.5%. 5%. 7.5% dan 10% dari berat adonan roti alga yang berturut-turut jumlahnya adalah 0 gr, 17.5 gr, 35 gr, 52.5 gr dan 70 gr. Formulasi roti alga yang dibuat adalah sebagai berikut : telor 7 biji, gula 200 gr, bahan pengembang 25 gr, vanili 25 gr, baking powder 12,5 gr, terigu 185 gr, margarin cair 150 gr, susu manis 25 gr, santan matang 50 ml, dan bubuk rumput laut coklat.
Hasil riset menunjukkan bahwa roti alga yang disukai oleh panelis bila dibuat dari formula yang menambahkan bubuk Sargassum filipendula 2.5%. Jumlah Bakteri Total (TPC) pada roti alga masih tinggi dan bebas dari bakteri berbahaya seperti E. coli. Kadar yodium pada roti alga tanpa ditambahkan bubuk Sargassum filipendula adalah 0.125 mgr/100 gr roti alga dan bila penambahan bubuk Sargassum filipendula 10% adalah 0.228 mgr/100 gr roti alga.

Yunizal, Darmawan dan Tazwir, 2003. Riset Fortifikasi Sargassum sp. Sebagai Sumber Yodium Ke Pada Makanan. Hasil Penelitian Tahun 2003. Riset Optimasi Pemanfaatan Makro dan Mikro Algae. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003.

Riset Fraksinasi Mannuronat dan Guluronat Dari Natrium Alginat

Riset fraksinasi manuronat dan guluronat dari Na-alginat telah dilakukan dengan menggunakan rumput laut coklat Sargassum filipendula sebagai bahan baku penelitian. Bahan baku ini di panen dari alam di perairan Binuangeun (Kabupaten Lebak, Provinsi Banten) direndam dalam larutan KOH 0.1% selama 1 jam, kemudian dicuci dengan air selanjutnya di jemur dengan sinar matahari hingga kering. Ekstraksi Na-alginat dari rumput laut coklat kering dilakukan menurut prosedur ekstraksi Na-alginat yang sudah diperoleh dari penelitian sebelumnya. Fraksinasi Manuronat dan Guluronat dari Na-alginat yang diekstraksi dari rumput laut coklat jenis Sargassum filipendula. Rumput laut ini dikelompokkan berdasarkan ukuran panjang thallus-nya, yaitu <20 cm; 21 cm – 30 cm; 31 cm – 40 cm; 41 cm – 50 cm dan 51 cm – 60 cm dan setelah kering dilakukan ekstraksi Na-alginat dan fraksinasi Manuronat dan Guluronat menurut metode Nishide et al. (1987).
Hasil riset telah mendapatkan teknik fraksinasi manuronat dan guluronat. Disamping itu, ternyata bahwa senyawa manuronat banyak terdapat pada ukuran panjang thallus rumput laut coklat yang kurang dari 20 cm (kadar manuronat/guluronat adalah 3.4329.). Bila ukuran panjang thallus rumput laut coklat bertambah panjang, senyawa manuronat berkurang tetapi senyawa guluronat bertambah (panjang thallus rumput laut 51 cm – 60 cm, perbandingan manuronat/guluronat adalah 1.4807).

Yunizal, Tazwir dan M. Darmawan, 2003. Riset Fraksinasi Mannuronat dan Guluronat Dari Natrium Alginat. Hasil Penelitian Tahun 2003. Riset Optimasi Pemanfaatan Makro dan Mikro Algae. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003.

Riset Produski Natrium Alginat Dengan Viskositas Tinggi

Riset Na-alginat viskositas tinggi telah dilakukan dengan menggunakan rumput laut coklat Sargassum filipendula sebagai bahan baku penelitian. Bahan baku ini di panen dari alam di perairan Binuangeun (Kabupaten Lebak, Provinsi Banten). Setelah rumput laut coklat dipanen, direndam dalam larutan KOH 0.1% selama 1 jam, kemudian dicuci dengan air selanjutnya di jemur dengan sinar matahari hingga kering. Ekstraksi Na-alginat dari rumput laut coklat kering dilakukan menurut prosedur ekstraksi Na-alginat yang sudah diperoleh dari penelitian sebelumnya. Riset Na-alginat viskositas tinggi telah dilakukan dengan penambahan larutan formaldehid (0, 1, 2, 3 % v/v) ke dalam larutan filtrat setelah penyaringan rumput laut kental panas. Na-alginat yang dihasilkan tanpa penambahan formaldehid bila diuji viskositasnya menurut metoda yang biasa dilakukan, ternyata penambahan formaldehid dapat meninggikan viskositasnya yang rata-rata besarnya adalah 15.750 cPs dan bila penambahan formaldehid sebanyak 4% viskositas adalah 17.700 cPs. Produksi Na-alginat yang dihasilkan bila ditambahkan formaldehid dan dianalisa menurut metode API Spe.13A, viskositas yang diperoleh cukup tinggi dan memenuhi persyaratan sebagai Na-alginat viskositas tinggi.

Yunizal, Tazwir, Nurul Hak dan M. Darmawan, 2003. Riset Produski Natrium Alginat Dengan Viskositas Tinggi. Hasil Penelitian Tahun 2003. Riset Optimasi Pemanfaatan Makro dan Mikro Algae. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003.

Studi Asam Lemak Omega-3 Pada Bagian-bagian Tubuh Ikan Kembung Laki-laki (Restriliger kanagurta) Yang Di es

Bahan baku utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan kembung laki-laki (Rastrelliger kanagurta) yang disimpan dengan menggunakan es dengan perbandingan 1 : 1 selama 8 hari dengan selang analisis stiap 4 hari. Analisis yang dilakukan meliputi : proksimat (kadar air, abu, lemak dan protein) yang dilakukan pada awal dan akhir pengamatan, bilangan peroksida bilangan iod, kandungan asam lemakomega-3 (DHA, EPA dan linolenat) dan uji organoleptik (mata, insang, sayatan, bau, danging perut dan tekstur daging). Pada ikan kembung segar yaitu hari ke-0 sebelum disimpan dilakukan analisis-analisis tersebut di atas sebagai kontol. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana klasifikasi satu arah dengan dua kali ulangan. Bila analisis ragam menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap faktor lama penyimpanan, maka dilakukan uji lanjut organoleptik menggunakan statistik non parametrik dengan metode uji Krusjall-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air, abu, protein, lemak, bilangan peroksida, bilangan iod dan kandungan asam lemak omega-3, tetapi kadar abu pada bagian kepala relatif tidak mengalami perubahan. Penyimpanan juga cenderung menurunkan daya terima konsumen terhadap ikan kembung, dimana nilai rata-rata ranking cenderung menurun sejalan dengan lamanya waktu penyimpanan. Untuk kadar EPA, bagian daging menunjukkan bahwa antara penyimpanan hari ke-0 sampai dengan hari ke-4 cenderung menurun, tetapi pada bagian kepala dan perut relatif tetap. Untuk kadar DHA, bagian kepala, daging dan perut masing-masing menunjukkan bahwa antara penyimpanan hari ke-0 sampai dengan hari ke-4 mengalami penurunan.

Yunizal, Ema Hastarini, M. Darmawan dan Hendarwan. 2003. Studi Tentang Asam Lemak Omega-3 Dari Bagian-bagian Tubuh Ikan Kembung Laki-laki (Restrelliger kanagurta) Yang Di-es. Laporan Teknis Penelitian Tahun 2002..Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003.

Pengaruh Umur Panen Rumput Laut Coklat (Sargassum filipendula) Terhadap Asam Lemak Omega-3

Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini berasal dari rumput laut coklat Sargassum filipendula yang dipanen setiap bulan dari hasil budidaya rumput laut coklat menggunakan rakit bambu. Budidaya rumput laut coklat tersebut dilakukan di perairan Binuangeun (Kabupaten Lebak, Provinsi Banten). Untuk mengetahui pengaruh dari umur rumput laut terhadap komposisi asam lemak omega-3, maka dilakukan analisis panjang eumput laut coklat dan berat dari satu baris ikatan rumput laut arah memanjang rakit. Analisis kimiawi dan komposisi asam lemak omega-3 segar dan setelah rumput laut dikeringkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya rumput laut coklat ini kurang berhasil karena berat rumput laut yang dipanen setiap bulan, beratnya sedikit sekali bertamah dibandingkan dengan berat rumput laut pada awal penanaman. Disamping itu, ternyata pula kadar asam lemak dan asam lemak omega-3 yang dihasilkan makin sedikit setiap kali pengambilan contoh. Pada awal budidaya rumput laut coklat, kadar asam lemak omega-3 adalah 17.26 mg/kg, EPA 4.73 mg/kg ; DHA 5.20 mg/kg dan pada bulan ke-4 besarnya asam lemak omega-3 adalah 0.0288 mg/kg; EPA 0.0205 mg/kg; DHA 0.0022 mg/kg. . .

Ema Hastarini, Hari Eko Irianto, Sri Amini dan Yunizal. 2002. Pengaruh Umur Panen Rumput Laut Coklat (Sargassum filipendula) Terhadap Asam Lemak Omega-Teknis Penelitian Tahun 2002. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002.

Skrining Biota Laut Penghasil Asam Lemak Omega-3

Untuk mendapatkan data dan informasi mengenai jenis-jenis biota laut yang mempunyai kadar asam lemak omega-3 (terutama EPA dan DHA) yang cukup tinggi, telah dilakukan skrining beberapa jenis biota laut yang meliputi mikroalge (Chlorella sp, Nannochloropsis sp, Chaetoceros sp I. galbana clone Tahiti (T.iso), Skeletonema sp., Spirulina sp., Dunaleila sp., Pavlova sp, Tetraselmis sp .,Porphyridium,Cocolit,dan Thallasiosiera,sp.; makroalge (Gracilaria, Eucheuma cottonii, Sargassum, dan Gelidium) ; kekerangan tiram (Crassostrea sp), kerang dara (Anadara granosa), kerang hijau (P. viridis), kerang gelatik (Anadara antiquata), kerang bulu (Anadara inflata) dan ikan (ikan selar, layang, tembang, tongkol kecil, japu, bentong dan banyar). Parameter yang dianalisis untuk mikroalge meliputi komposisi rata-rata asam lemak (mg/gr) pada fase pertumbuhan eksponensial, makroalgae (komposisi kimiawi dari berbagai makroalge segar dan setelah dikeringkan dan komposisi rata-rata asam lemak (mg/kg makroalge) pada berbagai makroalgae segar; dan untuk kekerangan meliputi analisis kondisi fisik dari setiap kekerangan (berat, panjang, lebar dan tebal), komposisi kimia daging kekerangan, komposisi rata-rata asam lemak (mg/kg daging kekerangan) pada berbagai kekerangan segar dan ikan meliputi (kondisi fisik dan rendemen bagian-bagian ikan, rendemen dan komposisi kimiawi dari berbagai jenis ikan dan komposisi rata-rata asam lemak (mg/kg ikan) ikan segar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biota laut yang memiliki asam lemak omega-3 yang tinggi adalah Nannochloropsis sp (asam lemak omega-3 adalah 27.73 mg/kg; EPA 5.45 mg/kg; DHA 4.83 mg/kg); kerang darah (Anadara granosa) (asam lemak omega-3 1.608,55 mg/kg daging kekerangan; EPA 320.03 mg/kg; DHA 431.95 mg/kg); Sargassum filipendula (asam lemak omega-3 adalah 17.26 mg/kg makroalge; EPA 4.73 mg/kg; DHA 5.20 mg/kg) dan ikan banjar (asam lemak omega-3 adalah 1.720,96 mg/kg; EPA 799.02 mg/kg; DHA 522.43 mg/kg).


Yunizal, Hari Eko Irianto dan Ema Hastarini, 2002. Skrining Biota Laut Penghasil Asam Lemak Omega-3. Laporan Teknis Penelitian Tahun 2002. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002

Tingkat Penerimaan Dan Harga Pokok Produk Alginat Dalam Batik Printing (Industri Non Pangan)

Telah dilakukan penelitian penggunaan Na-alginat hasil penelitian PRPPSE pada formula resep pengental sebanyak 2, 2.5, 3. 4. dan 5% Na-alginat dan Manutex adalah Na-alginat yang digunakan oleh pembatik, biasanya 5% (sesuai denagn praktek pembuatan batik printing). Na-alginat yang digunakan diekstrak dari rumput laut Sargassum filipendula yang di panen dariperairan Karang Ranjang, Binuangeun (Kabupaten Lebak, Provinsi Banten). Disamping iru dihitung juga perbandingan biaya yang digunakan oleh ke dua macam Na-alginat tersebut. Hasil penelitian menyatakan bahwa batik printing yang terbaik adalah menggunakan Na-alginat hasil penelitian sebanyak 3%, sedangkan Na-alginat yang digunakan oleh pengrajin batik (Manutex) adalah 5% dengan jumlah yang dipakai 25 gram dengan harga Rp. 5.000.- Na-alginat yang dibuat oleh PRPPSE digunakan sebanyak 3% (18.75 gr) dengan harga Rp. 3.750.- sehingga Na-alginat hasil penelitian lebih murah..


Noor, M. , Tazwir dan Yunizal. 2001. Tingkat Penerimaan Dan Harga Pokok Produk Alginat Dalam Batik Printing (Industri Non Pangan). Laporan Hasil Penelitian Tahun 2002. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta 2002. Halaman : 46 – 55.

Pemanfaatan Natrium Alginat Sebagai Bahan Penstabil Pada Sirup Buah (Produk Pangan)

Telah dilakukan penelitian pembuatan sirup buah yag menggunakan Na-alginat dan CMC sebagai penstabil. Penelitian ini melakukan tiga kali percobaan pendahuluan untukmendapatkan formula sirup buah dan masing-masing penelitian ini dilakukan pengujian organoleptik (rupa, warna, bau dan rasa) terhadap sari buah yang dihasilkan. Hasil-hasil penelitian pendahuluan ini adalah pada penelitian pendahuluan pertama telah diperoleh formulasi dari buah yang baik bila perbandingan antara alginat dan CMC adalah 3 : 0, 0 : 1 : 1 dan 1 :2. Pada penelitian pendahuluan kedua, ternyta bahwa sari buah yang dihasilkan sangat kental dan terdapat endapan pad bagian bawah dari wadah sirup buah. Pada penelitian pendahuluan ketiga, sari buah yang dihasilkan sukar dibedakan, endapan yang terjadi sangat sedikit dan melayang-layang pada sirup buah tersebut. Untuk penelitian utama akan dipakai formulasi sirup buah yang menggunakan alginat 1%, CMC 0.05%, larutan gula 10% dan Na-benzoat 0.5% untuk setiap 1 kg sirup buah.

Yunizal, Tazwir, M.noor dan Thamrin Wikanta, 2001. Pemanfaatan Natrium Alginat Sebagai Bahan Penstabil Pada Sirup Buah (Produk Pangan). Laporan Hasil Penelitian Tahun 2002. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta 2002. Halaman : 37 – 45.

Analisa Biaya Pembuatan Produk Alginat Skala Percobaan

Telah dilakukan penelitian produksi alginat secara semi komersial menggunakan rumput laut Sargassum filipendula yang panjang thallusnya rata-rata 30 – 40 cm. Rumput laut coklat tersebut dipanen dari perairan Karang Ranjang, Binuangeun (Kabupaten Lebak, Provinsi Banten). Pada penelitian ini telah dilakukan analisis biaya produksi Na-alginat per siklus percobaan yang meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap serta harga jual untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari pembuatan Na-alginat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi Na-alginat per kg diperoleh biaya tetap adalah Rp. 84.811,87.- ; biaya tidak tetap adalah Rp. 586.855.- dan jumlah adalah Rp. 671.666,87.- sehingga biaya pokok produksi Na-alginat setiap kg per siklus percobaan adalah Rp. 74.629,65.-. Bila satu kg Na-alginat bubuk dijual dengan harga Rp. 200.000.-, maka keutungan yang diperoleh adalah Rp. 200.000 – Rp. 74.629,65 sama dengan Rp. 125.370,35.

Noor, M., Tazwir dan Yunizal. 2001. Analisa Biaya Pembuatan Produk Alginat Skala Percobaan. Laporan Hasil Penelitian Tahun 2002. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta 2002. Halaman : 29 – 35.

Penelitian Ekstraksi Natrium Alginat Dari Rumput Laut Coklat (Sargassum filipendula) Yang Sudah Dikeringkan

Telah dilakukan penelitian produksi Na-alginat secara komersial dari rumput laut coklat Sargassum filipendula yang sudah dikeringkan dengan perlakuan penggunaan larutan HCl 0.33% untuk perendaman rumput laut. Larutan perendam HCl 0.33% tersebut dipakai sebanyak 3 kali untuk merendam rumput laut. Disamping itu dilakukan juga variasi penelitian yang berhubungan dengan pengenceran bubur panas rumput laut setelah direbus dalam larutan Na2CO3 2%. Jumlah air yang digunakan untuk pengenceran tersebut divariasi perbandingannya (3 : 8 ; 3 : 10 ; dan 3 : 12) Analisis mutu Natrium alginat yang dilakukan meliputi rendmen, kimiawi (kadar air, dan kadar abu) dan mutu fisik (viskositas) serta berat molekul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman rumput laut dalam larutan HCl 0.33% hanya dapat dilakukan sekali perendaman dan pengenceran bubur rumput laut panas dengan air perbandingannya adalah 3 ; 10. Mutu fisiko kimiawi dari Na-alginat yang dihasilkan pada perlakuan terbaik tersebut adalah rendemen 43.2%, kadar air 17.9%, kadar abu 22.8%, viskositas 1,440 cPs dan berat molekul adalah 185.6.

Yunizal, Tazwir, M.Nur, dan Thamrin Wikanta. 2001. Penelitian Ekstraksi Natrium Alginat Dari Rumput Laut Coklat (Sargassum filipendula) Yang Sudah Dikeringkan. Laporan Teknis Penelitian Tahun 2001. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta 2002. Halaman : 2 – 17.

Teknik pengolahan alginat menjadi propylene glycol alginate

Pada penelitian ini bahan baku yang digunakan adalah asam alginat hasil ekstraksi dari rumpul laut Sargassum filipendula, berdasarkan pada teknik ekstraksi asam alginat pada penelitian sebelumnya.
Campuran asam alginat dengan propilen glikol dengan perbandingan tertentu dipanaskan dan direfluks pada suhu tertentu sambil diaduk agar menghasilkan propilen glikol alginat. Pada teknik ini tekanan uap air yang diterapkan adalah 1 atm. Berdasarkan pada hasil percobaan pendahuluan, pada percobaan utama campuran asam alginat dengan propilen glikol dipanaskan dan direfluks, masing-masing pada suhu 60 dan 80oC selama 60, 90, 120, dan 150 menit. Produk propilen glikol alginat dianalisis secara fisika (warna, rupa, tekstur, dan bau) dan kimia (kadar air, kalsium, garam NaCl, protein, dan viskositas).
Hasil penelitian menunjukan bahwa cara produksi propilen glikol alginat yang dilakukan pada suhu 60oC selama 90 menit menghasilkan produk dengan sifat fisika terbaik.
Kombinasi perlakuan yang diterapkan pada suhu 60oC selama 90 menit menghasilkan rendemen 6,3%, pH 6,9, dan rata-rata viskositas 457,5 cps. Nilai rata-rata kadar air produk akhir berkisar antara 4,7-24,2 %, kadar protein antara 2,8-4,0 %, kadar abu antara 4,5-19,1 %, kadar garam NaCl antara 0,7-4,4 %. Apabila kadar air tingi, produk propilen glikol alginat bersifat mudah robek (rapuh), dan tidak elastis.

Yunizal, Tazwir, dan Thamrin Wikanta. 2000. Teknik pengolahan alginat menjadi propylene glycol alginate. Laporan Teknis Penelitian Tahun 2000. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta 2000.

Mutu fisiko kimia natrium alginat dari berbagai tinggi thallus rumput laut coklat (Sargassum filipendula) yang dipanen dari alam.

Bahan baku (Sargassum filipendula) yang digunakan pada penelitian ini adalah hasil panen alam di perairan Binuangeun (Propinsi Banten).Bahan baku yang sudah dipanen, terlebih dahulu dipisah-pisahkan menurut ukuran panjang thallus rumput laut coklat (10 - 20 cm ; 21 - 30 cm ; 31 - 40 cm ; dan 41 - 50 cm). Setiap kelompok rumput laut coklat tersebut dicuci dengan air tawar bersih, ditiriskan, diletakkan di atas para-para,kemudian dikeringkan dengan sinar matahari. Rumput laut yang telah kering dipak dalam karung plastik, kemudian diangkut ke Laboratorium Penelitian Perikanan Laut Slipi, Jakarta, lalu dianalisis secara fisika (rendemen dan kadar air rumput laut kering) dan kimia (rendemen, kadar air, kadar abu, dan viskositas dari produk natrium alginat). Percobaan ini dilakukan dengan 3 kali ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen rumput laut kering dari berbagai ukuran panjang thallus berkisar 12-13%, sedangkan kadar air dan abu produk natrium alginat dari setiap kelompok perlakuan relatif sama, yaitu +18.0%. Rendemen natrium alginat dari semua kelompok perlakuan adalah makin pendek thallus, makin tinggi rendemen natrium alginatnya dan rendemen natrium alginat tertingi (+28.0%) di dapat dari tahllus dengan panjang +30 cm.

Yunizal, Tazwir, dan Thamrin Wikanta. 2000. Mutu fisiko kimia natrium alginat dari berbagai tinggi thallus rumput laut coklat (Sargassum filipendula) yang dipanen dari alam..Laporan Teknis Penelitian Tahun 2000. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta 2000.

Penelitian pengaruh umur panen rumput laut (Sargassum filipendula) terhadap mutu fisiko kimia natrium alginat yang dihasilkannya.

Penelitian tentang pengaruh umur panen rumput laut coklat (Sargassum filipendula) terhadap mutu fisiko-kimia natrium alginat yang dihasilkannya telah dilakukan. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut coklat (Sargassum filipendula) yang dipanen dari hasil budidaya rumput laut coklat dengan menggunakan rakit. Budidaya rumput laut coklat tersebut diadakan di perairan Binuangeun (Provinsi Banten). Rumput laut coklat yang dibudidayakan dengan rakit terdiri dari 2 macam, yaitu rumput laut coklat utuh (panjang thallus 15 – 20 cm) dan rumput laut coklat yang telah dipotong-potong dengan ukuran panjang thallus 10 – 15 cm. Kedua kelompok rumput laut tersebut setiap bulan dipanen, kemudian dicuci dengan air tawar bersih, langsung dijemur dengan sinar matahari hingga kering. Ektraksi Na-alginat yang dilakukan berdasarkan kepada hasil penelitian yang sudah dihasilkan pada penelitian sebelumnya. Analisis mutu fisiko-kimia yang dilakukan terhadap Na-alginat yang dihasilkan pada setiap perlakuan adalah rendemen rumput laut coklat kering, rendemen Na-alginat, kadar air, kadar abu, viskositas dan rata-rata pertumbuhan rumput laut coklat setiap bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahawa kecepatan pertumbuhan dari rumput laut coklat yang dibudidayakan dengan cara pertama hasilnya lebih baik dibandingkan dengan cara kedua. Rumput laut coklat yang dibudidayakan dengan cara pertama dari berat 3,4 kg pada awal penanaman menjadi 13,6 kg setelah 3 bulan dengan viskositas Na-alginat yang dihasilkan dari 280 cps menjadi 2050 cps, sedangkan budidaya yang kedua berat rumput laut coklat awal adalah 3,8 kg menjadi 8,5 kg setelah 3 bulan budidaya dan viskositas dari Na-alginat yang dihasilkan menjadi 2000 cps setelah 3 bulan budidaya.


Nurul Hak dan Tazwir. 2004. Pengaruh Umur Panen Rumput Laut Coklat (Sargassum filipendula) Terhadap Mutu Fisiko-kimia Natrium Alginat Yang Dihasilkannya. Buletin Teknologi Hasil Perikanan, Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Volume VII Nomor 1 Tahun 2004. Halaman : 80 – 91.

Penelitian pengaruh teknik pengeringan dan penyimpanan rumput laut coklat (Sargassum filipendula) terhadap mutu natrium alginat yang dihasilkan.

Pada penelitian ini , rumput laut coklat direndam dalam larutan KOH 0.1% selama 0, 30 dan 60 menit. Teknik pengeringan rumput laut coklat dilakukan dengan 2 cara , sebagian dijemur di atas para-para penjemuran dan sisanya dijemur di atas tanah beralasan waring. Setelah rumput laut coklat menjadi kering, setiap kelompok rumput laut coklat tersebut dibagi menjadi 2 bagian , yaitu sebagian dikemas dalam karung plastik dan yang lain tidak dikemas (ditumpuk saja yang dinamakan dihampar). Penelitian ini dilakukan dengan 2 kali ulangan. Setiap kelompok rumput laut coklat kering yang diperoleh disimpan pada suhu kamar, dan selanjutnya setiap 2 bulan diambil contoh dan dilakukan analisa mutunya yang meliputi rendemen rumput laut kering, rendemen na-alginat, kadar air, kadar abu, viskositas dan derajat putih.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik yang terbaik untuk pengeringan rumput laut coklat adalah di atas para-para dan setelah kering disimpan dalam karung plastik yang ditutup rapat.


Yunizal, Tazwir, dan Thamrin Wikanta. 2000. Penelitian pengaruh teknik pengeringan dan penyimpanan rumput laut coklat (Sargassum filipendula) terhadap mutu natrium alginat yang dihasilkan. Laporan Teknis Penelitian Tahun 2000. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta 2000.

Mutu fisiko kimia natrium alginat dari berbagai posisi thallus rumput laut (Sargassum filipendula) coklat dari alam

Pada penelitian ini sebagai bahan baku adalah potongan dari posisi rumput laut coklat yang berupa bagian daun, bagian batang, bagian 1/3 daerah pucuk, bagaian 1/3 daerah tengah, dan bagian 1/3 daerah pangkal akar. Yang dimaksud dengan bagian daun adalah thallus yang berupa daun yang menempel pada bagian thallus batang. Yang dimaksud dengan bagian batang adalah bagian thallus yang keras dan tidak ditumbuhi oleh bagian thallus lain. Satu batang rumput laut coklat apabila dipotong menjadi 3 bagian yang sama panjangnya, maka bagian ke arah pucuk dinamakan bagian 1/3 daerah pucuk, bagian 1/3 daerah tengah dan bagian 1/3 daerah pangkal akar. Setiap bagian thallus tersebut di atas dikumpulkan menjadi satu, kemudian dijemur di atas para-para dengan sinar matahari sampai kering (ada 5 perlakuan). Setelah bagian-bagian thallus rumput laut coklat tersebut kering, dipak dalam karung plastik dan selanjutnya diangkut ke Laboratorium Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi di Jakarta.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ternyata bahwa bagian 1/3 daerah pucuk dari tanaman rumput laut coklat mempunyai mutu fisiko kimia yang lebih baik dibandingkan dengan mutu fisiko kimia thallus lain. Pada bagian thallus ini rendemen rumput laut kering 15.5%, rendemen Na-alginat 20.6%, kadar air (16.9%), kadar abu (20.2%) dan viskositas 1.300 cps. Viskositas dari Na-alginat yang berasal thallus 1/3 daerah tengah, paling rendah, yaitu 460 cps, tetapi rendemen Na-alginatnya paling tinggi, yaitu 28.0%. Untuk menjamin kontinuitas bahan baku, pemanenan dilakukan hanya terhadap thallus pada 1/3 bagain daerah pucuk saja.

Yunizal, Tazwir, dan Thamrin Wikanta. 2000. Mutu fisiko kimia natrium alginat dari berbagai posisi thallus rumput laut (Sargassum filipendula) coklat dari alam Laporan Teknis Penelitian Tahun 2000. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta 2000.

Pengaruh Konsentrasi Bahan Pemucat Dan Jenis Bahan Pengendap Terhadap Kualitas Natrium Alginat Yang Dihasilkan Dari Rumput Laut Coklat Sargassum fili

Penelitian perbaikan kualitas Na-alginat telah dilakukan dengan menggunakan tiga konsentrasi hidrogen peroksida (H2O2), yaitu 3% (v/v), 6% (v/v) dan 9% (v/v) yang kemudian diendapkan menggunakan dua jenis bahan pengendap yaitu natrium karbonat (Na2CO3) 5% (b/v) dan natrium hidroksida (NaOH) 5% (v/v). Jenis rumput laut yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut coklat genus Sargassum filipendula C. Agath. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi H2O2 berpengaruh nyata terhadap derajat putih, kandungan logam Pb, Hg dan tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen, kekentalan, kadar susut pengeringan, kadar abu dan kandungan logam As. Sedangkan jenis bahan pengendap berpengaruh nyata terhadap rendemen, derajat putih, logam berat (Hg) dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter mutu lainnya. Kombinasi perlakuan terbaik ditemukan pada penggunaan H2O2 6% dengan jenis bahan pengendap NaOH 5% yang menghasilkan rendemen sebesar 13.5%, kekentalan 237.8 cps, kadar susut pengeringan (CAW) 14.5%, derajat putih 53.7%, kadar abu 25.3%, kandungan logam berat As = 1.083 x 10-3 ppm, logam Pb = 0.24 mg/l dan kandungan logam Hg sebesar 0.0015 mg/lt.



Yunizal, Tazwir, dan Thamrin Wikanta. 2000. Pengaruh Konsentrasi Bahan Pemucat Dan Jenis Bahan Pengendap Terhadap Kualitas Natrium Alginat Yang Dihasilkan Dari Rumput Laut Coklat Sargassum filipendula C.Agath. Laporan Teknis Penelitian Tahun 2000. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta 2000.

Pengaruh Perendaman Rumput Laut Coklat (Sargassum filipendula) Segar Dalam Larutan KOH Terhadap Mutu Fisiko-kimia Na-alginat.

Pada penelitian ini rumput laut coklat segar (setelah dipanen) direndam dalam larutan KOH 0.25%, 50%, 0.75% dan 1.0% dengan waktu perendaman masing-masing perlakuan 30 dan 60 menit. Larutan natrium karbonat (Na2CO3) yang digunakan untuk mengendapkan Na-alginat dari masing-masing perlakuan tersebut adalah 0.75%, 1.50% dan 2.25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi larutan KOH tidak berpengaruh terhadap rendemen Na-alginat yang dihasilkan, tetapi berpengaruh nyata terhadap tingkat kekentalan, derajat putih dan kadar susut pengeringan (CAW = clean anhydrous seaweed). Sedangkan waktu perendaman rumput laut coklat segar dalam larutan KOH dan konsentrasi larutan pengendap Na-alginat memberikan pengaruh nyata terhadap rendemennya, tingkat kekentalan, derajat putih dan kadar susut pengeringan. Nilai terbaik ditemukan pada perlakuan rumput laut coklat jenis Sargassum filipendula yang diperlakukan dengan konsentrasi larutan KOH 0.75% dan direndam selama 60 menit, kemudian Na-alginat diendapkan dengan Na2CO3 pada konsentrasi 1.50%. Pada perlakuan terbaik tersebut nilai rendemen sebesar 11.02%, tingkat kekentalan 169.15 cps, derajat putih 54.45% dan kadar susut pengeringan 20.32%..

Yunizal, Tazwir, dan Thamrin Wikanta. 2000. Pengaruh Perendaman Rumput Laut Coklat (Sargassum filipendula) Segar Dalam Larutan KOH Terhadap Mutu Fisiko-kimia Na-alginat. Laporan Teknis Penelitian Tahun 2000. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta 2000.

8. Penelitian Proses Untuk Pengembangan Sistem Agroindustri Pengolaha Alginat

Telah dilakukan penelitian tentang proses untuk pengembangan system agroindustri pengolahan alginat. Pada penelitian ini telah dibuat alat daur ulang isopropil alcohol dan alat press untuk memisahkan cairan alginat dari bahan alin seperti selulosa. Ekstraksi alginat dari rumput laut coklat dilakukan dilakukan menurut teknik ekstraksi yang sudah diperoleh dari penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini telah dihitung biaya produksi natrium alginat sebanyak satu kilogram. Kebutuhan bahan kimia saja sebesar Rp. 86.575.-. Di pasaran harga natrium alginat satu kilogram adalah US $ 13 – 16/kg, untuk industri US $ 5 – 7/kg dan untukmaknan US $ 6 – 11/kg. Apabila biaya tersebut ditambah dengan upah tenaga kasar, harga bahan baku rumput laut, harga bahan bakar, dll ternyata usaha produksi natrium alginat belum menguntungkan. Untuk menekan biaya terutama bahan kimia maka perlu dikaji lebih dalam terutama penggunaan isopropyl alcohol dan celite (tanah diatome). Dengan penelitian ini, biaya isopropyl alcohol telah dapat dikurangi, tetapi hanya celite belum bisa, padahal harga celite cukup mahal dan pemakaiannya cukup banyak. Oleh karena itu agar supaya produksi natrium alginat dapat dilakukan secara semi komersial dan menguntungkan, maka perlu penelitian yang membantu terujudnya usaha produksi semi komersial tersebut.

Jamal Basmal, Nurul Hak dan Tazwir. 2000. Penelitian Proses Untuk pengembangan Sistem Agroindustri Pengolahan Alginat. Laporan Teknis Penelitian Tahun 1999 / 2000. Instansi Penelitian Perikanan Laut Slipi, Balai Penelitian Perikanan Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. 2000. Halaman : 69 – 77.

7. Pengaruh Penyimpanan Rumput Laut Coklat (Sargassum filifendula) Terhadap Mutu Fisiko-kimianya

Telah dilakukan suatu penelitian tentang pengaruh penanganan rumput laut segar Sargassum filipendula yang dipanen dari perairan Lempasing, Provinsi Lampung. Setelah rumput laut ini dipanen, dibersihkan, dicuci dengan air tawar. Setelah bersih rumput laut direndam dalam larutan HCl berbagai konsentrasi (0, 0.1, 0.2, 0.3, dan 0.4%) dan berbagai waktu peredaman (10, 20 dan 30 menit). Setelah rumput laut dikeringkan dengan sinar matahari, rumput laut disimpan dalam kantong-kantong plastik dengan berat terentu. Penyimpanan rumput laut ini direncanakan selama 3 bulan, dan setiap bulannya dilakukan ekstraksi natrium alginat contoh rumput laut yang diambil, kemudian dianalisis sifat fisiko-kimianya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perendaman HCl pada konsentrasi HCl 0.2% selama 20 – 30 menit menghasilkan Na-alginat mempunyai viskositas tertinggi (128 cPs) dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Pada umumnya perlakuan penyimpanan rumput laut coklat kering tidak berpengaruh pada mutu dari Na-alginat. Sedangkan perendaman rumput laut dalam larutan HCl dapat mengurangi kadar abu dari Na-alginat yang dihasilkan.

Jovita Tri Murtini, Yunizal, Jamal Basmal, Tazwir, Nurul Hak dan Suyuti Nasran. 2000. Pengaruh Penyimpanan Rumput Laut Coklat Sargassum filipendula Terhadap Mutu Fisiko-kimianya. Laporan Teknis penelitian Tahun 1999 / 2000. Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi, Balai Penelitian Perikanan Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta, 2000. Halaman : 59 – 67.

Sifat Fisiko-kimia Natrium Alginat Hasil Ekstraksi Dari Berbagai Jenis Rumput Laut Coklat

Telah dilakukan penelitian tentang beberapa sifat fisiko-kimia natrium alginat hasil ekstraksi dari berbagai jenis rumput laut coklat (Sargassum ilicifolium, Sargassum polycystum, Sargassum crassifolium, Sargassum filipendula, Turbinaria conoides, Turbinaria ornata dan Hormophysa triquetra). Rumput coklat direndam dalam larutan formaldehid 1% selama 30 menit, lalu dicuci dengan air, ditambah larutan Na2CO3 1.5%, dihancurkan kemudian dipanaskan pada suhu 60oC selama 75 menit, dan selanjutnya disaring melalui penyaring vakum. Filtrat yang diperoleh ditambah larutan HCl 5% hingga pH larutan 2 – 3. Endapan asam alginat yang terbentuk dicuci dengan air, ditambah larutan Na2CO3 1.5% hingga pH larutan 7 – 10, dan kemudian dituangkan ke dalam isopropyl alcohol (IPA). Natrium alginat yang diperoleh dikeringkan pada suhu kamar dan kemudian dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis rumput laut memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap rendemen, kadar air, viskositas dan kadar logam merkuri produk, sedangkan terhadap kadar abu dan derajat putih tidak memberikan pengaruh yang nyata. Viskositas yang tertinggi dari produk natrium alginat adalah dari rumput laut jenis Sargassum ilicifolium yaitu, 467,70 cPs dengan rendemen 7.95%. Sufat fisiko-kimia lainnya dari produk tersebut adalah kadar air 16,86%, kadar abu 22.24%, derajat putih 25.51%, residu formalin 3.71 mg/gr, residu logam timbal 0.55 ppm, arsen 0.17 ppm dan merkuri 0.08 ppm.

Tazwir, Nurul Hak, dan Yunizal. 2005. Sifat Fisiko Kimia Natrium Alginat Hasil Ekstraksi Dari Beberapa Jenis Rumput Laut Coklat. Octopus. Jurnal Perikanan Laut dan Lingkungan. Networking on Marine Fisheries and Environment, Jakarta, 2005. Volume 9, Nomor 2, Desember 2005. Halaman : 260 – 275.

5. Pengaruh Asam Khlorida Pengendap Asam Alginat Terhadap Sifat Fisiko-kimia Natrium Alginat Dari Rumput Laut Sargassum ilicifolium

Pada penelitian ini sebagai bahan baku rumput laut coklat yang digunakan adalah Sargassum ilicifolium dari Pantai Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah rumput laut tersebut dipanen, kemudian dijemur dengan sinar matahari hingga kering. Kemudian rumput laut kering di pak dalam karung plastik, lalu diangkut ke Laboratorium, Jakarta. Rancangan penelitian yang dilakukan adalah rumput laut kering direndam dalam air beberapa saat kemudian direndam dalam larutan formaldehid 1% selama 30 menit. Setelah dicuci dengan air, ditambah larutan Na2CO3 1.5% di dihancurkan, lalu dipanaskan pada suhu 60oC selama 75 menit dan kemudian disaring melalui penyaring vakum. Filtrat yang diperoleh ditambah larutan HCl (5, 10 dan 15%) hingga pH 2 – 3. Endapan asam alginat yang diperoleh dicuci dengan air, ditambah larutan Na2CO3 10% hingga pH larutan 7 – 10 dan kemudian dituangkan ke dalam isopropyl alcohol (IPA). Natrium alginat yang diperoleh dikeringkan pada suhu kamar dan kemudian dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perlakuan yang diterapkan tidak memberikan perbedaan yang nyata (P = 0.05%), sedangkan terhadap viskositas memberikan beda yang nyata. Penggunaan larutan HCl 5% adalah perlakuan terbaik dan menghasilkan rendemen natrium alginat 7.95%, kadar air 16.86%, kadar abu 22.24%, derajat putih 25.51% dan viskositas 467.7 cPs.


Yunizal, J.Tri Murtini, Nurul Hak, Tazwir dan Jamal Basmal. 2000. Pengaruh Asam Khlorida Pengendap Asam Alginat Terhadap Sifat Fisiko-kimia Natrium Alginat Dari Rumput Laut Sargassum ilicifolium. Laporan Teknis Penelitian Tahun 1999 / 2000. Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi. Balai Penelitian Perikanan Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta, 2000. Halaman : 21 – 36.

4. Pengaruh Formaldehid Pada Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum ilicifolium Terhadap Sifat Fisiko-kimia Natrium Alginat

Pada penelitian ini sebagai bahan baku rumput laut coklat yang digunakan adalah Sargassum ilicifolium dari Pantai Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah rumput laut tersebut dipanen, kemudian dijemur dengan sinar matahari hingga kering. Kemudian rumput laut kering di pak dalam karung plastik, lalu diangkut ke Laboratorium, Jakarta. Rancangan penelitian yang dilakukan adalah rumput laut kering direndam dalam air beberapa saat kemudian direndam dalam larutan formaldehid (0.5%, 1%, dan 1.5%) selama waktu tertentu (30, 60 dan 90 menit). Setelah dicuci dengan air, ditambah larutan Na2CO3 1.5% di dihancurkan, lalu dipanaskan pada suhu 60oC selama 75 menit dan kemudian disaring melalui penyaring vakum. Filtart yang diperoleh ditambah larutan HCl 5% hingga pH 2 – 3. Endapan asam alginat yang diperoleh dicuci dengan air, ditambah larutan Na2CO3 10% hingga pH larutan 7 - 10 dan kemudian dituangkan ke dalam isopropyl alcohol (IPA). Natrium alginat yang diperoleh dikeringkan pada suhu kamar dan kemudian dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, konsentrasi larutan formaldehid dan waktu perebusan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P = 0.05) terhadap rendemen, kadar air, kadar abu dan derajat putih, sedangkan terhadap viskositas memberikan beda yang nyata. Perlakuan terbaik adalah perendaman rumput laut coklat dalam formaldehid 1% selama 30 menit yang menghasilkan rendemen natrium alginat 7.95%, kadar air 16.86%, kadar abu 22.24%, derajat putih 25.51% dan viskositas 467.7 cPs.

Yunizal, J. Tri Murtini, Suyuti Nasran, Nurul Hak, Tazwir dan Jamal Basmal. 2000. Pengaruh Formaldehid Pada Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum ilicifolium Terhadap Sifat Fisiko-kimia Natrium Alginat. Teknis Penelitian, Tahun 1999/2000. Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi, Balai Penelitian Perikanan Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 2000. Halaman : 2 – 20.

3. Penelitian teknik pemurnian dan karakterisasi alginat

Untuk merubah asam alginat menjadi Na-alginat pada tahap penapisan telah digunakan untuk demineralisasi menggunakan HCl 0.5% selama 30 menit dan tahap deproteinasi menggunakan NaOH 1% selama 30 menit. Ekstraksi menggunakan Na2CO3 2% sebanyak 15 kali dari berat rumput laut yang direbus pada suhu 60oC selama 60 menit. Tahap pengendapan menggunakan larutan CaCl2 10% sebanyak 30, 35 dan 40% dari berat rumput laut. Pemucatan menggunakan larutan H2O2 30% dan larutan NaOCl 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen Ca-alginat yang tertinggi dihasilkan dari rumput laut Sargassum ilicifolium bila digunakan larutan CaCl2 10% sebanyak 35% dengan bahan pemutih NaOCl 1%, besarnya adalah 42.2%. Sedangkan rendemen Na-alginat dari rumput laut Sargassum filipendula, Sargassum crassifolium, Sargassum polycystum dan Turbinaria conoides, masing-masing adalah 24.1%, 33.4%, 33.3% dan 21.4%.

Yunizal, J. Tri Murtini, Suyuti Nasran, Nurul Hak, Tazwir dan Jamal Basmal, 1999. Penelitian Teknik Pemurnian dan Karakteristik Alginat. Laporan Teknis Penelitian, Tahun 1998/1999. Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi, Balai Penelitian Perikanan Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1999. Halaman :

2. Penelitian Ekstraksi Na-alginat Dari Beberapa Jenis Rumput Laut Coklat

Pada penelitian ini, tahap penapisan digunakan larutan HCl 0.5% dan 1%, ekstraksi digunakan larutan Na2CO3 1% dan 2% sebanyak 1 : 10 dan 1 : 15 terhadap rumput laut yang digunakan, kemudian dipanaskan pada suhu 60oC selama 60 menit dan 120 menit. Pada pembentukan asam alginat, filtrat dititrasi dengan larutan HCl 5% dan 15% serta larutan H2SO4 5% dan 15%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen asam alginat yang tertinggi diantara perlakuan lain apabila rumput laut coklat kering ditapis dalam larutan HCl 1% selama 1 jam pada suhu kamar, diekstraksi dengan larutan Na2CO3 2% sebanyak 10 kali berat rumput laut, kemudian dipanaskan pada suhu 60oC selama 120 menit. Setelah larutan campuran disaring, filtrat yang diperoleh dititrasi dengan larutan H2SO4 15%. Rendemen asam alginat dari rumput laut coklat Sargassum ilicifolium, Sargassum filipendula, Sargassum crassifolium, Sargassum polycystum dan Turbinaria conoides, masing-masing adalah 17.0% ; 19.1% ; 26.9% ; 23.5% ; dan 19.9%.


Yunizal, J. Tri Murtini, Suyuti Nasran, Nurul Hak, Tazwir dan Jamal Basmal, 1999. Penelitian Teknologi Ekstraksi Alginat Dari Rumput Laut Coklat. Laporan Teknis Penelitian, Tahun 1998/1999. Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi, Balai Penelitian Perikanan Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1999. Halaman :

1. Penelitian Penanganan Rumput Laut Coklat Segar Setelah Dipanen

Telah dilakukan penelitian penanganan rumput laut coklat setelah dipanen dengan cara melakukan perendaman rumput laut coklat dalam larutan NaOH 0.5%, dalam larutan NaOH 1%, dalam larutan Ca(OH)2, dalam larutan Ca(OH)2 jenuh, dalam larutan NaOCl 0.5%, dalam larutan NaOCl 1%, dalam larutan HCl 0.5% dan dalam larutan HCl 1% yang masing-masing dilakukan selama 1 jam. Setelah rumput laut rumput laut coklat dicuci dengan air bersih, kemudian dikeringkan, dan selanjutnya, dimasukkan ke dalam karung plastik, disimpan pada suhu kamar. Setelah interval waktu penyimpanan (0, 2 dan 3 bulan) dilakukan ekstraksi Na-alginat dan dianalisa mutu kimia dan fisiko-kimianya mengenai rendemen, kadar air, kadar abu, viskositas, derajat putih dan total solid. Dari hasil penelitian yang diperoleh ternyata bahwa kadar abu total dari Na-alginat umumnya lebih tinggi dari 27% sehingga belum memenuhi persyaratan standar mutu yang ada, kecuali kadar abu total dari Na-alginat yang diekstrak dari rumput laut coklat yang direndam dalam larutan NaOCl 0.5% dan 1%, kadar abu totalnya sekitar 24%. Disamping itu terlihat juga bahwa rendemen Na-alginat kadarnya tidak begitu tinggi, yaitu sekitar 20% dan umumnya selama penyimpanan turun, demikian juga viskosistas dari Na-alginat turun selama penyimpanan.

Yunizal, J. Tri Murtini, Suyuti Nasran, Nurul Hak, Tazwir dan Jamal Basmal, 1999. Penelitian Penanganan Rumput Laut Coklat. Segar Setelah Dipanen. Laporan Teknis Penelitian, Tahun 1998/1999. Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi, Balai Penelitian Perikanan Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1999. Halaman :